AMBROL: Bendungan Kedungsegog mengalami kerusakan parah diterjang banjir bandang Kali Boyo, Februari lalu. Bangunan mercu sepanjang 40 meter hancur dan ambrol. Sisa pohon yang hanyut masih kelihatan di atas bangunan.(Foto:Suara Merdeka/ar-17j) |
KEDUNGSEGOG - Ribuan petani lima desa di Kecamatan Tulis, Kabupaten
Batang kini resah. Penyebabnya, sejak bencana banjir bandang pada Minggu
(17/2) silam, Bendungan Kedungsegog di Desa Kedungsegog ambrol, sehingga
air tidak dapat mengisi sawah mereka.
Akibatnya, sawah 660 Ha hampir satu tahun masa tanam ini tidak bisa ditanami padi. Kerugian yang diderita petani diperkirakan Rp 5,196 miliar. Para petani makin sedih. Bila bendungan itu tidak segera diperbaiki, maka nasib mereka makin terimpit.
Lebih dari itu, kondisi tersebut selain dapat menimbulkan kerawanan pangan juga menyebabkan banyaknya pengangguran terutama para buruh tani.
Bendungan Kedungsegog merupakan bendungan paling hilir di Kali Boyo yang dibangun pada tahun anggaran 1984/1985 oleh DPU Pengairan Provinsi Jateng dengan dana APBN.
Konstruksi bendungan menggunakan kali yang terjadi pasangan batu kali yang terdiri atas badan bendungan, mercu, dan sayap kanan-kiri dengan satu pintu pembilas. Juga dilengkapi intake (pengambilan) di kiri dan ditambah dengan kantong lumpur.
Bendungan ini mampu mengairi daerah yang terletak pada dataran berbukit miring. Sawah yang menggantungkan aliran air dari bendungan itu terletak di Desa Kedungsegok (114 ha), Kenconorejo (195,20 ha), Ponowareng (104 ha), Karanggeneng (133 ha), dan Ujungnegoro (113,80 ha).
"Banjir normal terjadi setiap musim hujan dan banjir besar terjadi pada 1996 dengan tinggi air di atas mercu, lebih kurang 2,20 meter. Banjir yang terjadi Minggu (19/2) termasuk luar biasa, karena tinggi air lima meter di atas mercu. Bahkan nyaris menenggelamkan alat pembuka pintu air," papar Kepala DPU Ir H Soeharyono MT didampingi Hadi Wardoyo, staf Subdin Pengairan ketika meninjau bendungan.
Kerusakan pada bendungan itu saat terjadi banjir bandang. Mercu bendungan ambrol sepanjang 40 meter. Pas sayap kanan hilir bendungan hancur. "Akibatnya, terjadi sedimentasi berat atau pengendapan lumpur di depan pintu pengambilan. Selain itu juga terjadi kerusakan pasangan talud di beberapa tempat," ujar alumnus Magister Teknik Undip itu.
Untuk memperbaiki kerusakan Bendungan ini, pihaknya membutuhkan dana sekitar Rp 3 miliar. Untuk menanggulanginya, sementara Pemkab Batang telah menyediakan dana Rp 286 juta.
Dana itu akan digunakan untuk membuat bronjong (jaring dari kawat yang diisi batu) di tempat mercu ambrol sambil menunggu bantuan untuk dipermanenkan.
Pembangunan bronjong itu sudah mulai dilaksanakan awal Agustus ini. Dengan selesainya bronjong darurat itu, petani bisa memperoleh air dan menanam padi kembali.(ar-17j)
Akibatnya, sawah 660 Ha hampir satu tahun masa tanam ini tidak bisa ditanami padi. Kerugian yang diderita petani diperkirakan Rp 5,196 miliar. Para petani makin sedih. Bila bendungan itu tidak segera diperbaiki, maka nasib mereka makin terimpit.
Lebih dari itu, kondisi tersebut selain dapat menimbulkan kerawanan pangan juga menyebabkan banyaknya pengangguran terutama para buruh tani.
Bendungan Kedungsegog merupakan bendungan paling hilir di Kali Boyo yang dibangun pada tahun anggaran 1984/1985 oleh DPU Pengairan Provinsi Jateng dengan dana APBN.
Konstruksi bendungan menggunakan kali yang terjadi pasangan batu kali yang terdiri atas badan bendungan, mercu, dan sayap kanan-kiri dengan satu pintu pembilas. Juga dilengkapi intake (pengambilan) di kiri dan ditambah dengan kantong lumpur.
Bendungan ini mampu mengairi daerah yang terletak pada dataran berbukit miring. Sawah yang menggantungkan aliran air dari bendungan itu terletak di Desa Kedungsegok (114 ha), Kenconorejo (195,20 ha), Ponowareng (104 ha), Karanggeneng (133 ha), dan Ujungnegoro (113,80 ha).
"Banjir normal terjadi setiap musim hujan dan banjir besar terjadi pada 1996 dengan tinggi air di atas mercu, lebih kurang 2,20 meter. Banjir yang terjadi Minggu (19/2) termasuk luar biasa, karena tinggi air lima meter di atas mercu. Bahkan nyaris menenggelamkan alat pembuka pintu air," papar Kepala DPU Ir H Soeharyono MT didampingi Hadi Wardoyo, staf Subdin Pengairan ketika meninjau bendungan.
Kerusakan pada bendungan itu saat terjadi banjir bandang. Mercu bendungan ambrol sepanjang 40 meter. Pas sayap kanan hilir bendungan hancur. "Akibatnya, terjadi sedimentasi berat atau pengendapan lumpur di depan pintu pengambilan. Selain itu juga terjadi kerusakan pasangan talud di beberapa tempat," ujar alumnus Magister Teknik Undip itu.
Untuk memperbaiki kerusakan Bendungan ini, pihaknya membutuhkan dana sekitar Rp 3 miliar. Untuk menanggulanginya, sementara Pemkab Batang telah menyediakan dana Rp 286 juta.
Dana itu akan digunakan untuk membuat bronjong (jaring dari kawat yang diisi batu) di tempat mercu ambrol sambil menunggu bantuan untuk dipermanenkan.
Pembangunan bronjong itu sudah mulai dilaksanakan awal Agustus ini. Dengan selesainya bronjong darurat itu, petani bisa memperoleh air dan menanam padi kembali.(ar-17j)